Showing posts with label Artikel Kesehatan Populer. Show all posts
Showing posts with label Artikel Kesehatan Populer. Show all posts

19.2.10

Unhealthy Food

Nowadays, there are many issues about unhealthy food. People became aware of what they�ve eaten. But, in the other side, still many people who want to enjoy their life with delicious food. Frankly, we must aware with that �delicious food�. Because �delicious food� usually unhealthy or containing ingredient that is dangerous to our body.

Let�s take some example�

1. Formalin
Meat ball, tofu, noodle, fish, etc�. They all seem yummy, fresh, fluffy and delicious. But, can you imagine that there is formalin inside them. Actually, formalin is a chemical substance which is used for preserving dead body or human corpse. It is restricted for food.
So, if you look for some food-stuffs, be wise and beware. Below are some characteristics of food-stuffs with formalin inside:
� Have a very sting smell or sharp smell.
� Have a very attractive colour (meat ball and tofu usually clean white in colour).
� Too fluffy, not easy to broken.
� Fish still seems fresh altough it was few days ago, without any flies on it since it was too tought to eat.

2. MSG
Monosodium Glutamate is a kind of food additive and is commonly marketed as a flavour enhancer. Actually, the effect of this thing to our body is still under examination. FDA (Food and Drug Administration, or POM in Indonesia) concluded that MSG was safe for most people when eaten at customary levels. Unfortunately, there are people who have intolerance to MSG. The manifestation can be varied from mild allergic reaction (such as itchyness, sore throat) untill severe allergic reaction (shortness of breath).
In Indonesia, our government has regulation that forces food producers to write down in their product�s composition about how many miligram of MSG which they used. But, still, there is no strict regulation about maximum dosage of MSG per portion.

3. Chicken
Have you ever heard about �ayam tiren (mati kemaren)�? It means unfresh chicken. Since the need of chicken increased in Indonesia (especially in some occasion, i.e. Idul Fitri, Christmas, etc), the chicken seller became cheating. They sell unfresh chicken, chicken which had already died before the day they were sold. This kind of meat is unhealthy to our body. No guarantee about their nutrition inside.
Below are some characteristics of unfresh chicken:
� Seem pale or blue.
� There are blood spot and blood clot inside.
� Fishy odor.
� Decrease in size of the meat and skin.
� Sold with cheaper price than fresh chicken.

So�Friends, there were the examples of unhealthy food.
Don�t forget to drink a lot of plain water especially after eating unhealthy food. Water will try to reduce the bad effect of anything that is swallowed by our greedy mouth and appetite.

Ditulis oleh : dr. novitasari (Kimia Farma Tiban - Batam)
dr_novitasari@yahoo.co.id

16.7.09

Manifestasi Kulit pada Penyakit Keganasan

Sumber: CA Cancer J Clin 2009; 59:73-98
doi: 10.3322/caac.20005
Author: Thiers, Sahn, Callen

Jurnal ini membahas beberapa penyakit kulit yang terkait erat dengan kondisi keganasan yang terjadi di dalam tubuh. Suatu penyakit yang sering disebut sebagai Paraneoplastic Dermatoses (para-neoplastic= sekitar keganasan ; dermatoses= kelainan kulit).

Dalam hal ini, kelainan yang timbul pada kulit dapat disebabkan oleh metastasis langsung dari kanker primernya (yang dengan demikian akan ditemukan sel kanker pada kulit juga), atau hanya sebagai gejala dari penyakit kanker yang diderita seseorang di organ lain tubuhnya. Kelainan kulit yang sejenis dapat pula ditemukan tidak dalam kondisi keganasan, untuk itu biasanya digunakan Postulat Curth untuk membedakannya.

Penulis dalam hal ini berkonsentrasi membahas penyakit kulit yang timbul karena efek tidak langsung dari keganasan dalam tubuh. Dengan demikian pada kulit sendiri tidak akan ditemukan sel kanker. Mereka membaginya menjadi 3 kriteria. Yaitu penyakit kulit bawaan yang menjadikan seseorang rentan terkena keganasan (merupakan bagian dari kumpulan gejala yang berhubungan dengan kelainan genetik), manifestasi kulit yang timbul karena sekresi hormon dari sel tumor, dan kelainan yang terjadi karena gangguan proliferasi dan inflamatori akibat ulah sel-sel ganas.

Beberapa di antaranya sbb:
1. Terkait Penyakit Kulit Bawaan (Inherited Syndromes)

Cowden Syndromes
Kelainan kulit semacam ini dapat timbul sejak usia kanak-kanak hingga paruh baya. Dilaporkan bahwa penderita Cowden Syndromes memiliki kecenderungan memiliki kanker payudara, kanker dinding rahim, kanker tiroid hingga kanker kolon. Kejadiannya lebih sering pada wanita ketimbang pria. Untuk itu penting sekali pada penderita ini melakukan screening/pemeriksaan deteksi kanker sejak dini, agar dapat terhindar dari perkembangannya di masa mendatang kehidupan.

Gardner Syndromes
Penyakit ini berhubungan erat dengan adanya polip pada kolon. Biasanya pada usia antara 35-40 tahun kelainan pada kolonnya dapat berubah menjadi ganas. Transformasi polip menjadi ganas pada penderita ini mencapai angka 100%. Karenanya penting melakukan kolonoskopi rutin tiap tahunnya. Bila terdeteksi dini, operasi pengangkatan kolon dapat dilakukan. Operasi pengangkatan total kolon ini perlu memperhatikan faktor reproduksi karena prosedur operasi juga melibatkan pengangkatan prostat yang dapat menyebabkan impotensi pada pria. Pada remaja operasi ini dapat ditunda hingga beberapa tahun.

2. Hormone-Secreting Tumors

Carcinoid Syndromes
Kelainan yang sangat spesifik pada penderita ini adalah flushing atau kemerahan pada wajah dan separuh anggota badan bagian atas lainnya. Gejala ini timbul karena pengaruh dari zat-zat aktif yang diproduksi oleh tumor carcinoid usus yang menyebar keluar terutama ke hati (metastasis). Timbulnya flushing yang diprovokasi oleh stress emosional, minuman beralkohol, atau perubahan tiba-tiba pada suhu tubuh ini berlangsung 10-30 menit, dan dapat disertai gejala lain seperti nyeri perut, diare, dll. Pengobatan dengan operasi pengangkatan tumornya biasanya dapat menyembuhkan.

3. Proliperative and Inflammatory Dermatoses

Tripe Palms
Penderita ini memiliki telapak tangan yang berkerut dan bagian-bagian yang menonjol (ridge), dapat pula terjadi pada telapak kaki. Ditemukan hubungan antara penyakit ini dengan kanker pada saluran pencernaan dan kanker pada paru.


Pyoderma Gangrenosum
Kelainan kulit seperti ini telah dikaitkan dengan berbagai penyakit keganasan. Termasuk Non Hodgkin Limfoma dan kanker darah bila daerah ditemukannya kelainan ini terdapat pada kepala dan leher. Pengobatan cukup efektif dengan kortikosteroid oral : dapsone dan obat penekan imun (immunosupressive). Perawatan luka sangat penting untuk mencegah semakin meluasnya luka. Antibiotik tidak efektif, kecuali bila terdapat infeksi sekunder. Pembersihan luka dengan tindakan debridemen (prosedur membersihkan luka yang agresif dilakukan oleh dokter) tidak dianjurkan.

 List kelainan kulit selengkapnya dapat dilihat di sini.

Untuk melihat dan mendownload jurnal lengkapnya dapat dilakukan di sini.

12.7.09

Siapa bilang dokter luar lebih baik?

Siapa bilang berobat ke luar negeri lebih baik dari berobat di dalam negeri? Siapa bilang kualitas pelayanan di luar lebih nyaman dibanding di sini?

Pada prinsipnya perbuatan oknum dokter dan institusi yang dapat merugikan pasien, bisa terjadi di mana-mana. Bahkan peristiwa yang menimpa Michael Jackson yang menghebohkan saat ini cukup menunjukkan betapa oknum dokter yang rela menggadaikan sumpah profesinya demi uang, bisa terjadi bahkan di negeri adigdaya seperti Amerika sekali pun.

Pengalaman baru-baru ini menyangkut peresepan obat irasional terjadi pada adik saya di Kuala Lumpur, Malaysia. Negeri yang menjadi salah satu tempat tujuan "wisata" medis penduduk Indonesia. Pada saat sedang berlibur di sana, adik saya tersebut terserang gejala flu biasa (batuk dan pilek). Dia lalu dibawa oleh keluarga temannya ke sebuah fasilitas kesehatan yang namanya berunsurkan kata yang dalam bahasa Inggris berarti "pangeran". Tempat ini mengklaim, sebagaimana yang saya baca di situs resminya, sebagai sebuah pelayanan kesehatan yang terakreditasi secara internasional. Dan memang, bila dilihat dari gedungnya yang besar dan megah, predikat itu memang wajar.

Tetapi, apakah hal ini berarti mereka terbebas dari oknum-oknum yang irasional dalam peresepan? Belum tentu. Hal ini terbukti dari obat yang saya lihat diberikan kepada adik saya. Coba simak, daftar obat (4 macam!) berikut ini:

1. panadeine: paracetamol 500mg, codeine phospate 8mg
3x2 tab 3 hari

2. prospan syr : dried ivy leaf

3. eritromisin etilsuksinat 400mg : 2x1 untuk 5 hari

4. clarinase: loratadine 10mg + pseudoefedrin 240mg: 1x1 tab

Obat yang pertama, menurut pendapat profesional saya, jelas tidak rasional mengingat paracetamol yang dalam hal ini saya duga diberikan karena efek antipiretiknya (anti panas) diberikan sampai 1000 mg per 1x konsumsi. Dokter Indonesia biasanya cukup meresepkan obat yang memiliki komposisi paracetamol 500 mg, 3 kali dalam sehari. Belum lagi bila kita melihat dalam obat tersebut terdapat kodein yang sesungguhnya diresepkan dalam kondisi batuk yang parah. Ditambah dalam kasus adik saya, prospan syr yang isinya herbal, sebagai pereda batuk, juga ikut disertakan. Pemberian antibiotik eritromisin saya anggap rasional bila memang penyakit adik saya tersebut sudah lebih dari 3 hari, tetapi menjadi irasional bila adik saya hanya terserang flu karena virus biasa. Clarinase dalam hal ini digunakan untuk meredakan gejala pilek yang diderita. Loratadine adalah anti histamin yang bersifat anti alergi yang terjadi pada orang pilek, sedang pseudoefedrin digunakan untuk melegakan pernafasan. Melihat pemberiannya yang hanya 1x1 mungkin karena adik saya pada saat itu dilihat tidak terlalu pilek.

Agak mencengangkan mengetahui ada 4 obat terpisah yang diberikan, mengingat banyak sekali produk obat yang memiliki komposisi lengkap dalam 1 kemasan untuk kesemua gejala batuk dan pilek (kecuali antibiotik yang memang tidak bisa digabungkan).

Bagi saya, ini jelas menunjukkan peresepan irasional yang lebih diinduksi oleh kepentingan perusahaan obat, ketimbang memperhatikan kepentingan pasien. Dan ini juga ikut membuktikan bahwa predikat "internasional" tidak selalu menjanjikan pelayanan yang terbaik bagi pasien-pasiennya.

Penting bagi kita semua untuk memetik pelajaran dari hal ini.

Untuk pasien:
1. Bahwa pengobatan di luar negeri tidak lebih baik dari negeri sendiri.
2. Bahwa mewahnya tempat pelayanan belum tentu menjamin "mewah" pula kualitas yang diberikan.
3. Selalu lah mencari dokter yang ramah yang menjelaskan dengan logis tentang obat-obat yang ia berikan.
4. Tidak perlu malu untuk bertanya pada dokter Anda, karena hak bertanya ini memang dimiliki oleh pasien (tentunya dalam hal ini dokter berkewajiban menjawab pertanyaan dengan bahasa yang dimengerti pasien)

Untuk sejawat dokter:
1. Selalu ingat akan sumpah profesi. Bahwa pelayanan adalah di atas segalanya. Dan kepentingan-kepentingan lain di luar ini, tidak boleh sampai menomorduakan kepentingan pasien.
2. Selalu belajar cara berkomunikasi efektif dengan pasien, dan memberikan peluang konsultasi tanpa batasan waktu bila memang perlu, agar pasien-pasien terpenuhi haknya dalam mendapatkan informasi menyangkut kondisi penyakitnya.
3. Hati-hati dalam meresepkan obat, dan lakukan crosscheck untuk setiap informasi yang diterima dari medrep (apalagi bantuan Mr. Google selalu tersedia dan jarang mengecewakan).
4. Menyadari, bahwa pasien adalah keluarga kita. Apa yang terjadi pada pasien bisa terjadi pula pada keluarga kita. Karenanya berikanlah yang terbaik sebagaimana itu pula yang kita inginkan diberikan kepada anggota keluarga kita.

.....




10.7.09

Diprivan diduga membunuh Michael Jackson

Larry King's Live di CNN masih terus membahas apa sebenarnya yang menjadi penyebab kematian Michael Jackson. Publik Amerika sepertinya tidak bisa menerima begitu saja kematian mega pop star kesayangan mereka tanpa penjelasan yang pasti. Hasil toksikologi memang belum keluar, tetapi katanya seorang perawat Jackson mengatakan bahwa Michael mendapat suntikan obat anastesia diprivan (karena Michael mengalami kesulitan tidur) yang kemudian membawanya pada kematian.

Diprivan atau di kalangan medis dikenal sebagai propofol (keluaran AstraZenica) adalah obat yang sering dipakai oleh dokter anastesi untuk menidurkan pasiennya pada saat operasi. Jadi memang obat ini tidak bisa digunakan sembarangan (tidak pula oleh dokter di luar dokter anastesi) apalagi sekadar hanya untuk "tidur nyenyak". Bila terbukti MJ mendapat suntikan ini sebelum kematiannya, bisa-bisa dokter pribadi MJ yang ada bersamanya saat menjelang kematian (seorang cardiologist) akan masuk bui.

Ironis memang kondisi di Amerika, dimana penduduknya banyak sekali yang menggunakan obat antidepresi atau obat tidur seperti makan permen. Dokter di sana, sangat mudah meresepkan obat-obat ini karena desakan yang tinggi dari pasiennya sendiri yang menginginkan kondisi instan dalam memperbaiki keadaan psikologis yang tinggi stress.

Di Indonesia kita lebih beruntung, karena masyarakat kebanyakan takut makan obat. Jangankan makan yang dilarang, makan obat yang wajib saja, seperti menghabiskan antibiotik, masyarakat kita masih sering bandel.

Selain itu, sebagai masyarakat timur, kita memang memiliki banyak metode ketimuran di luar obat-obat kimia, yang terkadang lebih dipilih masyarakat untuk memulihkan kondisi capainya. Ibadah, meditasi, dll, adalah habitus (kebiasaan) yang banyak dilakonin masyarakat timur yang sangat membantu dalam menjaga kesegaran fisik dan mental.

Diprivan, jelas bukan sembarang obat tidur. Obat anastesi yang digunakan oleh dokter anastesi di ruang operasi pada prinsipnya adalah obat yang membawa seseorang pada ambang hidup dan mati. Itu kenapa, di ruang operasi, seorang dokter anastesi akan memantau setiap detik perkembangan pasiennya yang dibuat tidak sadar agar prosedur operasi dapat dilakukan dengan nyaman.

Coba bayangkan bila obat semacam ini digunakan oleh orang yang sehat, di rumah tanpa pengawasan ketat dari dokter ahli? Tidak heran, bila nyawa Raja Pop melayang karenanya!

Ada banyak pelajaran yang bisa dipetik dari hal ini. Di luar kehati-hatian dalam menggunakan obat tidur, anti depresi, pain killer, dan semacamnya; yaitu bahwa bahkan seorang King of Pop Michael Jackson, pemilik kekayaan bernilai trilyunan rupiah, tidak mampu membeli (bahkan harus membayar mahal dengan kematian) satu keinginan sederhana:

"All I want is to be able to sleep. I want to be able to sleep eight hours. I know I'll feel better the next day." (Saya hanya ingin bisa tertidur. Paling tidak 8 jam. Saya yakin dengan demikian saya akan merasa lebih baik keesokan harinya)
(seperti di-quote dari nypost.com)




keywords: kematian michael jackson, obat tidur membunuh, diprivan, penyebab matinya MJ, Jacko dapat suntikan mati

27.6.09

Cardiac Arrest Membunuh Maestro Musik Michael Jackson

Istilah Cardiac Arrest akhir-akhir ini menjadi populer karena peristiwa yang menimpa maestro musik sepanjang jaman, King of Pop, Legenda: Michael Jackson.

Banyak yang tidak terlalu paham, apakah cardiac arrest ini sama dengan heart attack? Kedua-duanya sama-sama penyakit jantung, kedua-duanya sama-sama pembunuh tingkat tinggi, dan kedua-duanya sama-sama terjadi secara tiba-tiba.

Apa bedanya?
Cardiac Arrest adalah peristiwa dimana jantung berhenti berdenyut akibat gangguan ritme jantung. Atau yang lebih dikenal dengan aritmia. Sedangkan Serangan Jantung atau "Heart Attack" adalah kondisi di mana aliran darah jantung terblok sehingga menjadi kepayahan untuk memompakan darah ke tubuh. Tetapi penyebab yang sama yang menyebabkan heart attack atau gangguan sirkulasi jantung pada penderita Infark Myocard (otot jantung yang hampir mati) pada penyakit jantung koroner, dapat pula menyebabkan cardiac arrest di saat yang tak terduga.

Selain itu, penyebabnya juga dapat karena gangguan elektrolit darah (hiper/hipo kalemia = kadar kalium dalam darah seperti pada mereka yang menderita penyakit ginjal stadium akhir); gangguan gula darah; obat-obatan; bahkan banyak juga yang tanpa sebab.

Ya, cardiac arrest sering menimpa orang yang sebelumnya tidak diketahui memiliki penyakit jantung atau penyakit apa pun. Banyak kejadian cardiac arrest, terjadi tanpa sebab pasti.

Pada kasus Michael Jackson, memang terdapat dugaan abuse obat. Atau penggunaan obat yang berlebihan. Seperti yang diceritakan oleh dr.Chopra di CNN, Jacko (nama keren MJ) memang seorang pengguna Pain Killer yang cukup eksesif. Selain itu diketahui Jacko juga sedang stress berat mempersiapkan tur comebacknya di London Juli nanti.

Pain killer, atau obat yang membantu meredakan nyeri seperti aspirin, acetaminophen (paracetamol) memang menjadi salah satu penyebab yang dapat menginduksi kondisi aritmia (gangguan irama jantung). Selain itu obat antidepresi yang di Hollywood banyak sekali diresepkan oleh para dokter untuk selebriti merupakan obat yang bisa menjadi penyebab utama cardiac arrest.

Besar kemungkinan Jacko banyak mengkonsumsi obat antidepresi untuk menanggulangi kondisi nyeri menahunnya (dia mengaku memiliki masalah pada "back" atau punggungnya) dan juga kondisi stress yang ia alami terutama akibat pemberitaan media mengenai dugaan pelecehan seksualnya terhadap anak-anak.

Apa yang terjadi pada Cardiac Arrest?
Yang terjadi adalah Jantung berhenti berdenyut yang diawali mulanya oleh jantung yang berdenyut jauh lebih cepat (takikardi ventrikuler) atau jantung berdenyut tidak menentu atau tak beraturan (fibrilasi ventrikuler). Kedua kondisi ini yang paling sering menyebabkan cardiac arrest.

Bagaimana memvisualisasikan ini?
Coba bayangkan jantung seperti balon yang Anda isi air. Lalu Anda ikat ujung balon tidak terlalu kuat, sehingga memungkinkan sedikit air menetes bila Anda meremas balon tersebut. Siapkan botol atau gelas di bawah ikatan balon, sehingga air tidak tumpah ke mana-mana. Sekarang, lakukan pemompaan dengan tekanan/tenaga secukupnya dari tangan Anda untuk mengalirkan air sedikit demi sedikit dari balon tersebut.

Inilah jantung normal.

Kini, bila Anda telah berhasil dengan percobaan di atas, lakukan remasan yang cepat. Buat tangan Anda meremas dengan cepat dalam hitungan per sekian milidetik.
Apa yang terjadi? Ya, tenaga yang tangan Anda hasilkan tidak cukup untuk menekan balon mengeluarkan air. Dan tangan Anda terasa payah, sehingga Anda ingin berhenti segera.

Hal itulah yang terjadi pada peristiwa cardiac arrest.

Apa yang bisa dilakukan bila ada keluarga yang mengalami ini?
Anda harus tahu tehnik CPR, cara untuk memberikan pernafasan buatan dan merangsang sirkulasi jantung. Tetapi ini bukanlah satu-satunya. Yang paling utama, segeralah bawa ke rumah sakit terdekat! Ingat, terdekat!
Karena waktu kritis penderita seperti ini hanya 4-6 menit sebelum akhirnya bisa meninggal dunia. Lebih baik lagi bila ada yang bisa datang cepat dengan membawa alat defibrilasi. Biasanya ambulance rumah sakit sudah menyiapkan alat ini. (Anda bisa melihat contohnya bila Anda menonton film tentang dokter dimana ada alat yang diletakkan di dada untuk menyetrum pasien yang tidak sadar).
Karena itu ada 2 pilihan cepat yang harus segera Anda ambil dalam kondisi ini:
1. bila memungkinkan memanggil ambulance yang sudah siap dengan alat defibrilator atau membawanya segera ke rumah sakit terdekat.
2. teruskan proses CPR oleh anggota keluarga yang ada dan bisa melakukannya.

Dan tak lupa, karena nyawa milik yang Kuasa, maka Ia memang dapat sewaktu-waktu mencabutnya. Sebuah kutipan dari komentar Lisa Marey Prestley mengenai kematian Jacko:
"Dulu, ia pernah berkata bahwa ia takut akan mati persis seperti peristiwa yang menimpa Elvis Prestley, ayah saya. Ternyata terjadilah hal ini sekarang. Saya tidak bisa berhenti menangis karenanya..."

(Elvis Prestley, King of Rock and Roll, meninggal tiba-tiba di usia muda juga karena dugaan penggunaan obat antidepresi yang berlebihan)

18.6.09

Metode Kontrasepsi Alamiah

Metode Kontrasepsi Alamiah Metode ritmik adalah metode dimana pasangan suami istri menghindari berhubungan seksual pada siklus subur seorang wanita. Ovulasi (pelepasan sel telur dari indung telur) terjadi 14 hari sebelum menstruasi. Sel telur yang telah dilepaskan hanya bertahan hidup selama 24 jam, tetapi sperma bisa bertahan selama 3-4 hari setelah melakukan hubungan seksual. Karena itu pembuahan bisa terjadi akibat hubungan seksual yang dilakukan 4 hari sebelum ovulasi.

1. Metode ritmik kalender merupakan metode dimana pasangan menghindari berhubungan seksual selama periode subur wanita berdasarkan panjang siklus menstruasi, kemungkinan waktu ovulasi, jangka waktu sel telur masih dapat dibuahi, dan kemampuan sperma untuk bertahan di saluran reproduksi wanita. Periode subur seorang wanita dihitung dari : (siklus menstruasi terpendek � 18) dan (siklus menstruasi terpanjang - 11). Contoh: bila siklus terpendek seorang wanita adalah 25 hari, dan siklus terpanjangnya 29 hari, maka periode suburnya adalah (25 � 18) dan (29 � 11) yang berarti hubunan seksual tidak boleh dilakukan pada hari ke-7 sampai hari ke-18 setelah menstruasi.

2. Metode lendir serviks adalah metode mengamati kualitas dan kuantitas lendir serviks setiap hari. Periode subur ditandai dengan lendir yang jernih, encer, dan licin. Abstinensia (tidak melakukan hubungan seksual) diperlukan selama menstruasi, setiap hari selama periode preovulasi (berdasarkan lendir serviks), dan sampai waktu lendir masa subur muncul sampai 3 hari setelah lendir masa subur itu berhenti. 2. Metode pengukuran suhu tubuh berdasarkan perubahan temperatur. Pengukuran dilakukan pada suhu basal (suhu ketika bangun tidur sebelum beranjak dari tempat tidur. Suhu basal akan menurun sebelum ovulasi dan agak meningkat (kurang dari 1� Celsius) setelah ovulasi. Hubungan seksual sebaiknya tidak dilakukan sejak hari pertama menstruasi sampai 3 hari setelah kenaikan dari temperatur.

* Efektivitas : kehamilan terjadi pada 9-25 per 100 wanita pada 1 tahun penggunaan pertama
* Keuntungan : tidak ada efek samping gangguan kesehatan,ekonomis
* Kerugian : angka kegagalan tinggi, tidak melindungi dari PMS, menghambat spontanitas, membutuhkan siklus menstruasi teratur



Aku ingin bayi laki-laki! Aku ingin bayi perempuan!
Tidak cukup dengan sekedar memiliki momongan, beberapa pasangan secara spesifik ingin bayi yang kelak dikandung memiliki jenis kelamin laki-laki atau perempuan. Memang di akhir kata keturunan adalah wewenang Tuhan, tetapi penelitian dan statistik menunjukkan bahwa spermatozoa yang membawa gen laki-laki dan gen perempuan memiliki karakteristik yang berbeda, dan kemampuan bertahan hidup yang berbeda. Spermatozoa-spermatozoa tersebut juga bereaksi berbeda terhadap keasaman rahim. Sedangkan keasaman rahim bervariasi dalam satu siklus selain juga ditentukan oleh faktor-faktor dari luar.

Dapat disimpulkan bahwa dengan persiapan yang tepat dari calon papa dan mama, ditambah dengan perhitungan waktu yang tepat dan teknik yang tepat, maka kita dapat meningkatkan secara signifikan probabilitas untuk mendapatkan bayi laki-laki maupun bayi perempuan. Hal tersebut tentunya dapat dihitung, tetapi ternyata tidak semua orang cukup tekun untuk mempelajari metode penghitungannya, dan ternyata juga banyak variabel lain yang turut mempengaruhi rumus perhitungan. Karena itu sekarang lebih baik menggunakan komputer untuk membantu menghitung secara lebih akurat, aman, dan yang paling penting: mudah, karena semua proses perhitungan dilakukan secara otomatis.

Perhitungan-perhitungan tersebut dapat anda lakukan di website www.haryo.org secara gratis, kapan pun anda mau dan dapat di copy/cetak. Hanya masukkan hari pertama haid anda maka anda dapat mengetahui masa subur, perkiraan jenis kelamin bayi anda, dan perkiraan tanggal kelahiran bayi anda.

-end-

posted by: http://www.haryo.org

17.6.09

Ask The Doctor: Blog Kesehatan dan Nutrisi

Satu lagi blog kesehatan yang patut menjadi referensi kesehatan bagi masyarakat:
http://healthy-nutrition-facts.blogspot.com/

Blog yang dimiliki oleh dokter Amerika -Davon Jacobson- ini, memang masih baru. Tetapi beliau secara reguler memposting tulisan-tulisan yang bermutu seputar kesehatan dan nutrisi, dengan bahasa yang mudah dipahami awam. Sewaktu tulisan ini dibuat, posting terakhir di blog tersebut berjudul: "Natural Techniques for Fighting the Common Cold at Home", 16 Juni 2009, bercerita tentang cara-cara penanggulangan terhadap penyakit "flu" yang umum terjadi di masyarakat (khususnya anak-anak) dengan tehnik-tehnik yang mudah dilakukan di rumah, seperti banyak minum, cukup istirahat, diet seimbang, dan bila perlu minum obat simptomatik untuk menanggulangi gejala flu yang mengganggu. Penting perlu untuk dicatat, bahwa dr. Jacobson, tidak menyarankan meminum antibiotik sebagaimana itu yang selalu disarankan oleh dokter-dokter di negeari maju, agar tidak terjadi penggunaan yang salah dari antibiotik.

"If symptoms don't start clearing up in a few days....., you should call your doctor," begitu saran beliau.

Hal ini perlu diingat oleh masyarakat awam di Indonesia, yang sering secara berlebihan menggunakan antibiotika di tahap awal penyakit "flu" yang kerap disebabkan oleh virus (karenanya tidak perlu diberikan Antibiotik yang merupakan obat anti bakteri). Resistensi tinggi terhadap antibiotik garda depan sering terjadi karena kesalahan persepsi terhadap antibiotik yang ada di benak awam. Belum lagi, tatkala dahulu, beberapa jenis antibiotik sangat mudah didapatkan -bahkan di warugn-warung- tanpa resep dokter.

Perkenalan saya terhadap blog dr D. Jacobson ini sendiri, berawal dari komen yang beliau tinggalkan di blog ini pada thread: http://infoseputardokter.blogspot.com/2009/05/beasiswa-master-public-health-di-uk.html#comments
Saya tidak tahu, apakah itu berarti dr Jacobson ini mengerti bahasa Indonesia, atau beliau pernah bermukim di Indonesia.

Dari hasil googling saya terhadap sosok beliau, tidak banyak yang bisa saya temukan, kecuali beliau cukup banyak meninggalkan trace di internet dengan cara memposting artikel blognya di beberapa situs direktori kesehatan. Dr. Jacobson juga bisa ditemui di Twitter di alamat ini:
http://twitter.com/healthnutfact

Atau sebagaimana yang ditulis di blognya : Ask the Doctor: Medical Health Articles; pertanyaan dan komen dapat dikirimkan melalui alamat emailnya di: davonjacobson_md@mail.com

Semoga dr Davon Jacobson dapat ikut share kelak di blog ini, tentunya yang menyangkut perkembangan kedokteran nutrisi di Amerika untuk menjadi pembelajaran bagi dokter-dokter Indonesia juga.

8.6.09

Alzheimer, Penyakit Lama dengan Nama Asing

Apa yang Anda ketahui tentang penyakit Alzheimer? Mungkin namanya masih kurang familiar di telinga awam, tetapi Alzheimer sendiri bukan penyakit baru. Penyakit yang dikenal luas sebagai penyakit pikun ini, menyerang kebanyakan orang lansia.

Kejadian penyakit ini memang meningkat seiring bertambahnya umur, biasanya terjadi di atas usia 60 tahun, paling sering pada usia di atas 80 tahun. Apa yang terjadi? Yang terjadi adalah peristiwa generatif (perubahan pada tubuh seseorang karena pengaruh usia) pada otak sehingga menyebabkan gangguan pada memori dan fungsi mental (termasuk berpikir dan berbicara). Bahkan tidak sedikit yang juga mengalami perubahan afek mood, disorientasi dan konfusi (dua istilah yang sama-sama menggambarkan suatu state �kebingungan� yang dialami penderita) .

Sekitar 5-10% penderita Alzheimer terjadi di usia yang lebih dini (sebelum usia 65 tahun). Biasanya faktor genetik memiliki pengaruh kuat. Hal ini bisa ditelusuri dari adanya riwayat penderita ini sebelumnya pada generasi-generasi sebelumnya di keluarga.

Sampai saat ini, penyakit yang juga diderita oleh mantan presiden US Ronald Reagan ini, memang belum ada penyembuhannya. Hal ini dikarenakan peneliti belum menemukan penyebab pasti Alzheimer. Namun diketahui ada beberapa faktor resiko yang terkait pola hidup yang meningkatkan peluang untuk mendapatkan penyakit ini kelak. Hal ini dapat dipahami bahwa apa pun yang menyebabkan terganggunya sirkulasi ke otak tentunya akan berkontribusi terhadap penurunan fungsi otak itu sendiri.

Karena itu dikatakan, misal, bahwa seseorang yang meneruskan kebiasaan merokok hingga di atas usia 65 tahun, memiliki kemungkinan 79% terkena penyakit ini. Orang paruh baya yang gemuk 3,5 kali lebih mungkin mengalami Alzheimer ketimbang yang tidak. Penderita Diabetes juga memiliki kemungkinan dua kali lipat menjadi Alzheimer ketimbang yang normal. Penyakit psikologis stress yang menahun beresiko meningkatkan penyakit ini hingga 4 kali lipat, sedang olahraga rutin dikatakan dapat mencegah insidensi Alzheimer hingga 40%. Penelitian terbaru yang dilakukan oleh tim peneliti dari Universitas Manchester, UK, bahkan menghubungkan kejadian penyakit ini dengan virus yang sering menyebabkan kita terkena sakit tenggorokan (virus herpes simplex tipe 1).

Meskipun belum ada obat yang betul-betul ampuh menyembuhkan penyakit Alzheimer, dan adanya keterlibatan faktor turunan, bukan berarti kita tidak bisa melakukan usaha-usaha pencegahan, sekaligus juga upaya menekan laju perkembangan penyakit ini menjadi semakin parah. Beberapa obat, herbal dan vitamin telah digunakan dalam rangka menangkal perkembangan penyakit ini seperti Statin (obat yang digunakan untuk menurunkan kadar kolesterol dalam darah), juice buah dan sayuran, Vit E, ginkgo biloba, dll.

Sebuah kabar gembira dari peneliti, Institut Picower, MIT, Amerika, bahwa mereka telah menemukan sebuah gen (HDAC2) yang berhasil memulihkan kemampuan memori pada tikus percobaan. Diharapkan di masa mendatang, ini akan menjadi sebuah harapan untuk penyembuhan penderita Alzheimer yang juga mengalami gangguan kehilangan memori. Kita tunggu saja!

3.5.09

hypnobirthing Solusi Cerdas Untuk Persalinan Aman dan Nyaman

Saat ini ilmu hypnotherapy sudah banyak yang mengembangkan, namun sayangnya ilmu ini justru dikebangkan oleh orang-orang awam yang notabenenya tidak mempunyai background sebagai tenaga kesehatan.

Salah satu bidan yang saat ini sedang mengembangkan dan berusaha share dengan para dokter dan bidan adalah Bidan Lanny Kuswandi (pakar hypnobirthing Indonesia) bersama dr erwin Kusuma SpKj(K) dan bidan Yesie Aprillia S.Si.T dan ilmu ini sangat berguna sekali.

Apabila anda berminat bisa membuka di website: www.bidankita.com
atau hubungi Yesie 081329017009

atau hubungi
Pro V klinik
Indra sentral Cempaka Putih Blok AH/AI
Jl Let.Jend Soeprapto 60, Jakarta- 10520
021 4265321

email: provitalcbn.net.id

__________
Artikel di atas dikirim oleh elloianza2001@yahoo.com, 081329017009

30.3.09

Dokter Bencana Situ Gintung

Bencana Situ Gintung memerihkan hati kita semua. Pandangan-pandangan terlempar baik untuk politisasi menjelang pemilu legislatif kelak, maupun hal-hal yang berbau mistik. Dari arah mana pun manusia hendak memetik hikmah yang paling penting adalah penanganan segera yang efektif dan sampai pada sasaran.

Sayang, bila banyak bantuan -seperti diberitakan hari ini- pada akhirnya hanya mubazir terbuang.

Dalam topik ini kita akan melihat ketanggapan dokter-dokter kemanusiaan (begitulah saya hendak memanggil mereka yang selalu siap tanggap pada kondisi-kondisi "supra sosial" seperti sekarang), rekan sejawat yang menerjunkan diri di medan bencana.

MER-C adalah salah satunya yang terjun, sebagaimana tajuk berita

MER-C Turunkan Tim Medis Lanjutan ke Situ Gintung

Kita selama ini sering mendengar sepak terjang MER-C untuk hal-hal yang berbau perang "Islam" terakhir, MER-C juga mengirimkan timnya ke Palestina. Saya rasa tidak mengherankan, karena kebanyakan organisasi seperti ini diisi oleh simpatisan PKS. Dan untuk urusan sosial, penanggulangan bencana, dll, PKS dan simpatisannya memang termasuk yang terdepan.

Ini satu lagi, yang saya rasa juga bagian dari PKS, yaitu BSMI (Bulan Sabit Merah Indonesia). Sepak terjangnya pun sudah tidak diragukan lagi. Di website BSMI tak urung Menteri Kesehatan Siti Fadila Supari ikut memberikan testimonial memuji. Kali ini berita BSMI dapat dilihat dari tajuk berita berikut:

BSMI Peduli Korban Bencana Situ Gintung

Ada satu lagi yang saya temukan menarik. Yaitu gerakan relawan yang digawangi oleh tim Emergensi Response on Disaster (ERD) yang dipimpin oleh Yayat Supriatna. Selengkapnya di sini:

Tragedi Situ Gintung, ACT Gerakan Relawan


Kepada rekan-rekan sejawat yang ingin ikut memberikan bantuan materi, 3 organisasi di atas termasuk yang pantas dipercayai untuk menyalurkan bantuan kita. Silahkan liat website mereka masing-masing.

11.3.09

Aborsi di Indonesia, Sebuah Dilema

Aborsi tidak klise, tetapi ia selalu menyeruak tanpa henti hampir tiap jaman, memenuhi ruang perdebatan publik. Akhir-akhir ini sebagaimana yang diberitakan di media massa, beberapa dokter �diciduk� karena melakoni praktek aborsi ilegal. Terdapat pro dan kontra menyikapi praktek aborsi dari kalangan dokter ini. Tidak dipungkiri bahwa terjadinya praktek tsb tak terlepas dari tingginya tingkat aborsi akibat kehamilan yang tidak diinginkan, baik karena pola hidup seks pra nikah di kalangan masyarakat umum, maupun kegagalan penggunaan alat kontrasepsi bagi pasutri. The Alan Guttmacher Institute (suatu lembaga Internasional berpusat di US yang concern terhadap kesehatan reproduksi) mencatat bahwa 57% kehamilan pada dasarnya �unintended� sehingga berakhir 29%-nya dengan aborsi. Lembaga yang sama mencatat di Indonesia terjadi 2 juta aborsi di tahun 2000. Dalam estimasi, angka aborsi per tahunnya adalah 36/1000 perempuan (usia 15-49 tahun). Angka ini masih tinggi dibandingkan dengan wilayah asia keseluruhan yang tercatat 29/1000.


Aborsi Pada Remaja

Adek R Jameela dalam artikel yang ia tulis untuk situs dunia wanita menulis:

��hasil penelitian Annisa Foundation pada tahun 2006 yang melibatkan siswa SMP dan SMA di Cianjur terungkap 42,3% pelajar telah melakukan hubungan seks pertama saat duduk di bangku sekolah.�

� ..penelitian lain menemukan�21-30% remaja Indonesia di kota besar seperti Bandung, Jakarta, Yogyakarta telah melakukan hubungan seks pra-nikah.�

Menurut data BKKBN, 600 ribu remaja per tahunnya melakukan aborsi.

Hasil survey oleh Bali Post di 12 kota di tahun 2000 menampilkan angka yang lebih fantastis yaitu 59,6% remaja di atas 19 tahun dan 11% di bawah 19 tahun telah melakukan hubungan seks pra nikah. Penelitian Palembang Post di sebuah klinik mengungkap 35% aborsi per tahunnya dilakukan remaja di atas 19 tahun, sedang 25% nya masih berusia di bawah 18 tahun.

Aborsi dalam Pernikahan

Berlawanan dengan perkiraan banyak orang, aborsi lebih banyak justru dilakukan oleh pasangan yang telah menikah. Guttmacher Institute lagi-lagi mencatat 66% aborsi dilakukan oleh wanita yang menikah. Di antara mereka ini adalah mereka yang gagal kontrasepsi atau masuk dalam kriteria unmet need kontrasepsi, yaitu mereka yang tidak menginginkan anak tetapi tidak ber-KB. Yayasan Kesehatan Perempuan dalam penelitian mereka di tahun 2002-2003 mengungkap 87% perempuan yang melakukan aborsi adalah berstatus istri, dengan rata-rata telah memiliki lebih dari 2 anak. Bahkan 47% di antaranya adalah wanita karir, termasuk juga PNS dan anggota TNI/Polri. Sejumlah 36% mengaku mereka telah gagal ber-KB, sedang tak sedikit karena alasan psikososial seperti suami tidak bekerja, ekonomi sulit, dll; serta alasan relasi-intimasi seperti hubungan yang tidak harmonis, kekerasan dalam rumah tangga, suami tidak bertanggungjawab, dll.

Aborsi yang Tidak Aman

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia menurut SDKI 2003-2007 sebanyak 228 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Menurut WHO 15-50% AKI disumbang oleh aborsi yang tidak aman. Di perkotaan 15% aborsi dilakukan oleh dukun, sedang jumlah ini menjadi fantastis di pedesaan dimana 80% dilakukan oleh dukun. Hal ini belum termasuk jumlah perempuan yang menginduksi sendiri persalinannya dengan menggunakan jamu-jamuan atau obat-obatan yang ia ketahui bersifat abortif. Karena itu di luar resiko kematian, komplikasi akibat prosedur aborsi yang tidak aman ini juga dapat menyebabkan faktor-faktor resiko lain seperti pendarahan hebat, infeksi karena penggunaan alat tidak steril, perforasi rahim (rahim robek), bahkan perlukaan di wilayah genital dan abdomen yang parah.

Legalisasi Aborsi, Perlukah?

Sayangnya, meski di beberapa negara mencatat bukti, bahwa legalisasi aborsi diikuti dengan penurunan angka aborsi itu sendiri, Indonesia masih melarang praktek aborsi terang-terangan. Hal ini sebagaimana tercantum pada KUHP pasal 283, 299, 346-349; yang melarang segala bentuk aborsi dengan ancaman penjara maksimal 4 tahun kepada yang membantu menggugurkan. Memang saat ini telah keluar pula UU yang mengatur aborsi bersyarat yaitu UU No.23/1992 tentang kesehatan, pasal 15 yang mengatur aborsi dengan syarat: atas indikasi medis, dilakukan tenaga kesehatan yang berwenang sesuai dengan tanggungjawab profesi dan pertimbangan tim ahli pada sarana kesehatan tertentu, dan dilakukan setelah mendapatkan persetujuan ibu hamil/suami/keluarganya. MUI bahkan telah pula ikut mengeluarkan fatwa No.5 tahun 2005 yang mengisyaratkan dibolehkannya aborsi bila kehamilan tsb berbahaya bagi nyawa ibu, janin yang dikandung cacat, akibat perkosaan atau karena sakit berat yang diderita sang ibu. Namun mengingat masih tingginya tingkat aborsi di Indonesia dengan tinggi pula dampak sosial, ekonomi, psikologis bagi perempuan maupun negara, maka memang kita tidak boleh berpuas diri dengan kondisi sekarang.

Saya mengetahui persis bahwa legalisasi aborsi adalah suatu hal yang masih panas terdengar di telinga masyarakat berbudaya dan ber-agama di Indonesia. Dan pro dan kontra mengenai hal ini memang akan semakin bergulir. Tetapi yang perlu disadari, meski tidak dalam kondisi legal, kejadian di bawah tanah, tidak di permukaan, secara diam-diam; terus saja terjadi. Dan ini malah memberikan ekses terhadap praktek aborsi yang tidak aman, dan membuat sulit seseorang yang membutuhkan aborsi ini. Legalisasi aborsi bukanlah untuk mengatakan bahwa aborsi itu halal, atau dianjurkan, tapi semata demi menertibkan praktek ini agar berada dalam metode medis-etis yang aman.

Saya sendiri malah lebih jauh menganggap, aborsi adalah hak seorang perempuan; yang berhak untuk menentukan apakah ia sanggup atau tidak untuk memiliki anak. Memiliki anak pada remaja-remaja yang telah terlanjur hamil tidak hanya menyebabkan resiko medis akibat kehamilan di usia dini, tetapi juga berdampak pada masalah psikologis dan sosio-ekonomi.

Memang, sebagaimana yang dikemukakan banyak orang, saya mengerti sepenuhnya bahwa melegalkan aborsi bukan berarti secara langsung memotong jalur terjadinya aborsi khususnya pada remaja yang terjadi akibat seks pra nikah. Tetapi kita tidak dapat menutup mata, atau bersikap �munafik� menafikan keberadaan pola ini berlangsung dalam masyarakat kita yang notabene terbentuk karena derasnya arus informasi asing yang tidak diikuti dengan transparansi pengetahuan seks di kalangan mereka. Usaha-usaha yang dilakukan demi memberikan pengetahuan dan kesadaran untuk tidak melakukan seks pra nikah dengan menguatkan pendidikan moral-agama di kalangan masyarakat, tetap pula harus diikuti dengan upaya melegalkan aborsi agar dapat dengan aman dilakukan oleh praktisi medis yang berpengalaman tanpa mereka harus dihantui oleh perasaan takut akan ancaman pidana.

Anggapan nyinyir masyarakat yang mengatakan �dosa ganda� kepada para pelaku aborsi pra-nikah, sebenarnya tidak tepat. Karena ungkapan dosa adalah prerogatif Tuhan, yang tdak sepatutnya dilayangkan oleh mulut manusia. Hanya individu yang bersangkutan yang bisa memilah baik buruk tindakannya di mata Tuhan-nya, sekaligus juga bertanggungjawab atas segala perbuatannya. Pemerintah di lain pihak, harus bisa memfasilitasi dengan memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik bagi mereka, meski posisi nya dalam masyarakat berada di marginal.

Bila sudah begini, apakah dokter yang membantu praktek aborsi agar dilakukan sesuai prosedur medis-etis yang aman bagi sang ibu pantas untuk disematkan gelar penjahat? Atau malah, tanpa banyak yang menyadari, sebenarnya wajar untuk digelari �pahlawan tanpa tanda jasa�?

Entahlah.

26.2.09

Mempertanyakan keamanan Sterilisasi= Sindrom Pasca Ligasi Tuba

Berdasarkan data SDKI (Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia) terbaru, tahun 2007, didapatkan bahwa TFR (total Fertility Rate) Indonesia mengalami stagnansi di nilai 2,6. TFR ini adalah nilai untuk mengukur nilai rata-rata berapa banyak anak yang mungkin dapat dilahirkan oleh seorang perempuan di masa reproduksi (biasanya diukur pada usia 15-49 tahun). Nilai ini termasuk rendah dibanding negara-negara di Africa yang berkisar antara 5-7, dan masih tinggi bila dibandingkan dengan negara eropa dan negara maju lainnya yang berkisar di nilai 1.

Tentunya ini menuntut peranan Pemerintah untuk lebih giat lagi menggalangkan program kontrasepsi, berdasarkan pilihan individu.

Salah satu metode kontrasepsi yang ditawarkan pada perempuan-perempuan yang sudah memiliki cukup anak dan tidak berniat untuk punya anak lagi, adalah sterilisasi, dimana dengan ini, dipastikan perempuan menjadi tidak produktif lagi.

Apakah metode ini, benar-benar bebas dari pros and cons? Mari kita lihat lebih lanjut cerita di bawah ini:

Sterilisasi Perempuan
Sterilisasi pada perempuan adalah salah satu cara mengontrol kehamilan yang dilakukan secara permanen. Prosedur yang dilakukan adalah dengan menutup tuba fallopian melalui operasi. Tuba fallopian adalah semacam pipa yang berfungsi mengangkut sel telur menuju rahim. Di tengah tuba lah terjadi pertemuan sperma dan ovum, untuk kemudian setelah menjadi zigot, dibawa untuk �dierami� dalam rahim.


Gambar 1. Tuba Falopian dan lokasi pembuahan

lokasi pembuahan tuba falopian

Dengan menutup tuba diharapkan jalan yang menjadi tempat bertemunya sperma-ovum terhalangi sehingga tidak menimbulkan kehamilan. Ada 3 metode yang dilakukan untuk melakukan hal ini yaitu:
1. Memotong kemudian mengikat tuba (tuba ligasi)
2. Membentuk jaringan ikat (scarring) pada tuba dengan elektrokoagulasi hingga menutup
3. Memblok tuba secara manual
Di antara ke-3 metode ini, tuba ligasi adalah yang paling popular dan sering dilakukan pada praktek sehari-hari.
Terdapat 3 tehnik operasi ligasi tuba yang terkenal dan sering dilakukan:
Tehnik Pomeroy : dibuat simpul pada tuba, lalu diikat, kemudian dipotong (lihat gambar 2)
Tehnik Pritchard (Parkland) : dua segmen diikat, lalu bagian di antaranya dipotong (lihat gambar 3)
Tehnik Irving : dilakukan pemotongan di tengah tuba, lalu bagian yang dekat ke uterus diikat kembali ke dinding uterus mencegah pelengketan kembali atau kebocoran. (lihat gambar 4)

Gambar 2: Prosedur ligasi tuba �Pomeroy�



Gambar 3 : Prosedur Parkland



Gambar 4 : Prosedur Irving



Apa keuntungan sterilisasi? Di antaranya menjadi sebuah alat kontrol kehamilan sepanjang hidup (beberapa metode dapat dilakukan operasi reversal dengan membuka ikatan agar dapat hamil kembali), membantu mencegah infeksi kronik panggul, praktis karena tidak mengganggu saat hubungan intim untuk memasukkan terlebih dahulu alat KB.

Selain itu terdapat keuntungan non-kontraseptif di antaranya McLaughin, Kjaer dan kawan-kawan melaporkan bahwa sterilisasi memproteksi dari kanker ovarium. Selain itu dikatakan bahwa sterilisasi tidak menimbulkan resiko kanker payudara, kanker endometrium (dinding dalam rahim) dan tidak menyebabkan kerapuhan tulang.

Melihat seperti ini, lalu adakah sebenarnya efek tidak menyenangkan dari sterilisasi dan seberapa besar dampaknya terhadap kehidupan seksual seseorang? Apakah yang terjadi pada Rita dapat dikatakan efek dari sterilisasi atau masalah psikologis karena pengaruh kecemasan pasca steril?

Sindrom Pasca Ligasi Tuba (Post Tubal Ligation Syndrome)
Selama ini banyak praktisi medis yang menyangkal adanya gejala-gejala terkait dengan operasi ligasi tuba (sterilisasi). Yang diberitahukan kepada pasien adalah bahwa operasi ini aman, efektif untuk mengontrol kehamilan, dan tidak akan mempengaruhi hormon atau pun menyebabkan menopause. Benarkah? Lalu kenapa banyak sekali laporan perempuan terkait dengan operasi sterilisasi ini?

Adalah dr. Vicky Hufnagel, di tahun 1980, yang secara gencar mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi pada pasien-pasien yang ia temui yang mengeluhkan banyak gejala setelah sterilisasi. Hufnagel mengatakan bahwa banyak perempuan datang kepadanya mengeluhkan pendarahan, depresi, keringat banyak, dan kehilangan hasrat seksual. Sebelumnya setiap kali perempuan-perempuan tersebut melapor kepada dokter-dokter mereka, secara serempak mereka dikatakan hanya mengalami kecemasan yang tak beralasan. Dokter-dokter tersebut sangat yakin bahwa sterilisasi tidak memberikan dampak apa-apa, apalagi mempengaruhi hormon perempuan.

Dalam bukunya �No More Hysterectomies� (�Jangan Lagi Ada Histerektomi), Hufnagel menyodorkan 3 teori kenapa terjadi SPLT, yaitu 1. Ligasi tuba menghancurkan suplai darah ke ovarium; 2. Beberapa tipe prosedur sterilisasi tuba beresiko terhadap timbulnya endometriosis; 3. Peningkatan tekanan darah pada arteri ovarium menyebabkan ketidakseimbangan estrogen-progesteron.

Banyak data saat ini mulai dilaporkan oleh para klinisi menyangkut timbulnya gejala-gejala pada perempuan setelah operasi ligasi tuba. Hargrove dan Abraham melaporkan komplikasi jangka panjang pada perempuan yang disterilisasi sebanyak 22% sampai 37%. Studi di Inggris menemukan perempuan setelah operasi tuba, 40% mengalami peningkatan pendarahan menstruasi, 26% mengalami nyeri kram saat menstruasi. James G. Tappan dalam penelitiannya melaporkan bahwa 40,7% insidensi menorrhagia (pendarahan yang banyak saat menstruasi) diduga karena degenerasi cystic dari ovarium oleh gangguan aliran darah pada a.uterina. Pada penelitian lain di Amerika terhadap 8000 perempuan setelah 5 tahun pasca operasi ligasi tuba ditemukan 49% di antara mereka mengalami pendarahah menstruasi berat, 35% lain terdapat nyeri kram yang meningkat saat menstruasi. Wilcox dan kawan-kawan mendapati 489 perempuan pasca operasi tuba memiliki resiko 3,5 kali lebih besar dari rata-rata normal untuk terjadinya kanker serviks.

Susan Bucher, adalah perempuan dengan 2 anak yang pada usia 30-an melakukan prosedur sterilisasi dengan ligasi tuba. Dua tahun setelah itu, Susan datang kepada dokternya mengatakan bahwa ia mengalami henti mens. Tetapi �ocehan�nya tidak diindahkan. Selanjutnya Susan mengalami menopause dini, dengan kadar hormon yang sama dengan perempuan seusia 70-an. Dalam bukunya �What Doctor Don�t Tell You About Tubal Ligation and Post Tubal Ligation Syndrome�, Susan berjuang untuk mengatakan kepada perempuan di dunia agar menyadari dampak dari prosedur sterilisasi yang mereka pilih. Menurut Susan penting untuk para dokter melakukan inform consent sebenarnya mengenai efek jangka panjang prosedur sterilisasi. Susan juga menyarankan agar perempuan yang sudah terlanjur melakukannya, dapat melakukan operasi reversal, menyambung kembali tuba yang terputus.


Gambar 5: Susan Bucher dan dr. Vicky Hufnagel, sama-sama berjuang untuk perempuan SPLT


Apa yang Sebenarnya Terjadi?
Menurut dr. Hufnagel, kondisi yang ia sebut dengan �Ovarium terisolir� lah penyebabnya. Istilah ini diambil dari kondisi dimana ovarium seseorang terisolasi atau secara operasi �terbuang- dari suplai darahnya. Akibatnya ovarium menjadi atropi dan tidak berfungsi. Hal ini terjadi tidak hanya pada operasi ligasi tuba tetapi juga pada keadaan histerektomi (pengangkatan rahim) meski ovarium dikatakan tetap pada tempatnya. Yang terjadi bila ovarium tidak berfungsi adalah penurunan secara nyata dan tiba-tiba dari kadar estrogen, akibatnya terjadi lah prematur menopause dan shock hormon. Gejala yang muncul adalah hot flushes (keadaan dimana seseorang menjadi banyak berkeringat terutama malam hari dengan jantung berdebar-debar), menggigil, vagina kering, nyeri saat berhubungan, kehilangan hasrat seksual, dll.

Gambar 6 : Contoh kasus Ovarium terisolir pada perempuan yang mengalami operasi ligasi tuba di tahun 1995



Gangguan Seksual Bukan Mitos
Apa yang dialami oleh Rita ternyata sungguh terjadi sebagai bagian dari Sindroma Pasca Ligasi Tuba. Warehime dan kawan-kawan melaporkan di tahun 2007 bahwa surveynya terhadap perempuan Amerika menunjukkan bahwa mereka dengan operasi ligasi tuba menjadi lebih besar kecenderungan untuk mengeluhkan stress yang mengganggu hubungan seks mereka, dan menemui dokter karena gangguan seksual. Penelitian oleh Basgul A dan kawan-kawan di Kanada terhadap 127 perempuan yang melakukan sterilisasi tuba di tahun 2000-2005 melaporkan 23,1% mengalami perubahan pada kehidupan seksual mereka.

Kasus yang jarang seperti pada Susan Bucher dimana ia mengalami kastrasi ovarium pada saat operasi (karena pembuluh darah yang rusak), menyebabkan hasrat seksual turun sampai ke titik nol. �Suami saya melakukan inisiatif untuk melakukan hubungan intim, tetapi saya sama sekali tidak tertarik untuk melakukannya,� cerita Susan.

Namun begitu, masih ada beberapa penelitian yang membuktikan bahwa sterilisasi tidak memberi dampak serius pada kehidupan seksual seseorang. Penelitian yang dilakukan Costello dan kawan-kawan yang dipublikasikan pada Jurnal Obstetric & Gynecology, September 2002, mengatakan bahwa 80% dari 4676 perempuan yang mereka teliti tidak melaporkan adanya perubahan konsisten pada gairah dan kenikmatan seksual pasca operasi ligasi tuba. Bahkan pada tulisan Shain RN dan kawan-kawan dikatakan pada sebagian perempuan sterilisasi tuba justru memberikan efek yang positif terhadap kepuasan dan spontanitas seksual mereka, karena mereka menjadi berkurang kecemasan akan kemungkinan terjadinya kehamilan tak terencana.

Meski data yang lebih banyak masih diperlukan untuk memastikan lebih lanjut Sindroma Pasca Ligasi Tuba, para dokter sudah tidak bisa lagi tutup mata akan banyaknya perempuan yang mengeluhkan kondisi mereka. Perempuan-perempuan juga perlu mendapatkan informasi yang sejujurnya mengenai efek samping dari prosedur operasi yang akan mereka lakukan. Alih-alih untung, malah jadi buntung. Untuk itu bagi mereka yang berencana melakukan sterilisasi, sebaiknya menimbang dengan cermat segala dampak dan manfaat dari prosedur yang hendak dilakukan.