Showing posts with label Review Jurnal. Show all posts
Showing posts with label Review Jurnal. Show all posts

16.7.09

Manifestasi Kulit pada Penyakit Keganasan

Sumber: CA Cancer J Clin 2009; 59:73-98
doi: 10.3322/caac.20005
Author: Thiers, Sahn, Callen

Jurnal ini membahas beberapa penyakit kulit yang terkait erat dengan kondisi keganasan yang terjadi di dalam tubuh. Suatu penyakit yang sering disebut sebagai Paraneoplastic Dermatoses (para-neoplastic= sekitar keganasan ; dermatoses= kelainan kulit).

Dalam hal ini, kelainan yang timbul pada kulit dapat disebabkan oleh metastasis langsung dari kanker primernya (yang dengan demikian akan ditemukan sel kanker pada kulit juga), atau hanya sebagai gejala dari penyakit kanker yang diderita seseorang di organ lain tubuhnya. Kelainan kulit yang sejenis dapat pula ditemukan tidak dalam kondisi keganasan, untuk itu biasanya digunakan Postulat Curth untuk membedakannya.

Penulis dalam hal ini berkonsentrasi membahas penyakit kulit yang timbul karena efek tidak langsung dari keganasan dalam tubuh. Dengan demikian pada kulit sendiri tidak akan ditemukan sel kanker. Mereka membaginya menjadi 3 kriteria. Yaitu penyakit kulit bawaan yang menjadikan seseorang rentan terkena keganasan (merupakan bagian dari kumpulan gejala yang berhubungan dengan kelainan genetik), manifestasi kulit yang timbul karena sekresi hormon dari sel tumor, dan kelainan yang terjadi karena gangguan proliferasi dan inflamatori akibat ulah sel-sel ganas.

Beberapa di antaranya sbb:
1. Terkait Penyakit Kulit Bawaan (Inherited Syndromes)

Cowden Syndromes
Kelainan kulit semacam ini dapat timbul sejak usia kanak-kanak hingga paruh baya. Dilaporkan bahwa penderita Cowden Syndromes memiliki kecenderungan memiliki kanker payudara, kanker dinding rahim, kanker tiroid hingga kanker kolon. Kejadiannya lebih sering pada wanita ketimbang pria. Untuk itu penting sekali pada penderita ini melakukan screening/pemeriksaan deteksi kanker sejak dini, agar dapat terhindar dari perkembangannya di masa mendatang kehidupan.

Gardner Syndromes
Penyakit ini berhubungan erat dengan adanya polip pada kolon. Biasanya pada usia antara 35-40 tahun kelainan pada kolonnya dapat berubah menjadi ganas. Transformasi polip menjadi ganas pada penderita ini mencapai angka 100%. Karenanya penting melakukan kolonoskopi rutin tiap tahunnya. Bila terdeteksi dini, operasi pengangkatan kolon dapat dilakukan. Operasi pengangkatan total kolon ini perlu memperhatikan faktor reproduksi karena prosedur operasi juga melibatkan pengangkatan prostat yang dapat menyebabkan impotensi pada pria. Pada remaja operasi ini dapat ditunda hingga beberapa tahun.

2. Hormone-Secreting Tumors

Carcinoid Syndromes
Kelainan yang sangat spesifik pada penderita ini adalah flushing atau kemerahan pada wajah dan separuh anggota badan bagian atas lainnya. Gejala ini timbul karena pengaruh dari zat-zat aktif yang diproduksi oleh tumor carcinoid usus yang menyebar keluar terutama ke hati (metastasis). Timbulnya flushing yang diprovokasi oleh stress emosional, minuman beralkohol, atau perubahan tiba-tiba pada suhu tubuh ini berlangsung 10-30 menit, dan dapat disertai gejala lain seperti nyeri perut, diare, dll. Pengobatan dengan operasi pengangkatan tumornya biasanya dapat menyembuhkan.

3. Proliperative and Inflammatory Dermatoses

Tripe Palms
Penderita ini memiliki telapak tangan yang berkerut dan bagian-bagian yang menonjol (ridge), dapat pula terjadi pada telapak kaki. Ditemukan hubungan antara penyakit ini dengan kanker pada saluran pencernaan dan kanker pada paru.


Pyoderma Gangrenosum
Kelainan kulit seperti ini telah dikaitkan dengan berbagai penyakit keganasan. Termasuk Non Hodgkin Limfoma dan kanker darah bila daerah ditemukannya kelainan ini terdapat pada kepala dan leher. Pengobatan cukup efektif dengan kortikosteroid oral : dapsone dan obat penekan imun (immunosupressive). Perawatan luka sangat penting untuk mencegah semakin meluasnya luka. Antibiotik tidak efektif, kecuali bila terdapat infeksi sekunder. Pembersihan luka dengan tindakan debridemen (prosedur membersihkan luka yang agresif dilakukan oleh dokter) tidak dianjurkan.

 List kelainan kulit selengkapnya dapat dilihat di sini.

Untuk melihat dan mendownload jurnal lengkapnya dapat dilakukan di sini.

1.3.09

Apakah penggunaan kontrasepsi berkorelasi positif terhadap peningkatan angka aborsi?

Ini hal yang menarik. Sebagaimana yang kita tahu, penggunaan alat kontrasepsi ditujukan untuk mencegah unwanted pregnancy, atau kehamilan yang tidak diinginkan. Bila angka unwanted pregnancy ini rendah, harusnya angka aborsi sebagai akibat unwanted pregnancy pun bisa ditekan. Tetapi hasil penelitian yang dilakukan Cleland dan Marston yang dipublikasi di Jurnal Internasional Family Planning Perspectives 2003, 29(1):6�13 memang menunjukkan hasil yang cukup kontroversial. Dimana di 7 negara: Kazakhstand, Republik Kyrgyz, Uzbekistan, Bulgaria, Turki, Tunisia, dan Switzerland; angka aborsi menurun bersamaan dengan meningginya tingkat penggunaan kontrasepsi. Sedang di 6 negara lainnya, yaitu: Kuba, Denmark, Belanda, USA, Singapura, dan Korea, angka aborsi justru meningkat bersamaan dengan meningkatnya penggunaan kontrasepsi. Kenapa hasil ini mengejutkan?

Ada beberapa faktor yang diteliti, yang dianggap memiliki kaitan. Jangan lupa bahwa jenis dan efektifitas kontrasepsi juga harus dijadikan pertimbangan. Seperti penelitian yang dilakukan di Cina terhadap pasangan muda yang baru memiliki anak satu. Pada tahun pertama setelah kelahiran anak mereka, pasangan ini menggunakan metode kontrasepsi sederhana seperti koitus interuptus (senggama terputus), metode kalender, dan kondom. Angka aborsi 16 per 1000 perempuan. Pada tahun ke-5 banyak pasangan berganti pada IUD, suatu metode kontrasepsi yang jauh lebih efektif. Hasilnya didapati angka aborsi menurun mendekati nol! (lihat gambar di bawah).



Data ini juga didukung dengan kejadian di Turki. Dimana semenjak legalisasi aborsi di tahun 1983, angka aborsi memang meningkat tajam. Tetapi angka ini menurun terus setelah tahun 1988, dari 45 per 1000 perempuan menikah di tahun sama, menjadi 25 per 1000 di tahun 1998. Ternyata diketahui bahwa penurunan angka aborsi ini berhubungan dengan terjadinya pergeseran dari penggunaan kontrasepsi tradisional menjadi kontrasepsi modern.

Di Indonesia, data dari SDKI 2007 menyebutkan 61% perempuan menikah menggunakan kontrasepsi, dengan 57% di antaranya mengunakan kontrasepsi modern, hanya 4% yang memilih kontrasepsi tradisional. Kontrasepsi modern yang paling banyak digunakan saat ini adalah metode suntik, sebanyak 32% (kita akan membahas metode ini di kesempatan lain).

Dari hasil penelitian ini, penting untuk kita bersama sadari, bahwa pemerintah maupun sektor swasta harus terus bahu membahu mensosialisasikan kontrasepsi dengan menyediakan berbagai pilihan kontrasepsi yang efektif bagi masyarakat. Hal ini tidak hanya berpengaruh terhadap penurunan angka kelahiran atau tingkat populasi yang berkorelasi pada tingkat kesejahteraan masyarakat, tetapi juga menjadi suatu metode efektif dalam menekan tingkat aborsi yang merupakan suatu masalah sosial dan ekonomi bagi negara.