25.4.11

Asma - Aroma Terapi

Assalamualaikum,
Salam sejahtera,
Nama saya Arnis, sedang mengerjakan tugas akhir (TA) di salah satu perguruan tingi swasta di Bandung.
TA saya berkenaan dengan perancangan dan pembuatan alat penghangat untuk pengidap asma serta kemungkinan alat tersebut memiliki fitur "aroma terapi".
Ide ini muncul dari kakak saya (dia pengidap asma yang akut).
Saya terinspirasi ketika kakak saya mengatakan bagaimana kalau saya membuat sejenis alat penghangat, karena kebetulan kakak saya berasal dari Banda Aceh yang dikenal dengan cuaca panas, sedang di Bandung dingin, terutama ketika malam. Dingin menjadi salah satu pemiciu kumatnya penyakit asma kakak saya, disamping kualitas udara, stress (terutama saat dia menjadi saksi tsunami) dll.
Pertanyaan saya :
1. Apakah ada korelasi kuat antara kumatnya asma dengan dinginnya suhu lingkungan?
2. Apakah aroma terapi tertentu bisa menjadi akternatif untuk mengurangi frekuensi atau intensitas kumatnya asma pengidapnya?
Terima kasih

-arnis-

Jawaban:

Wa'alaikum salam wr. wb.

Terima kasih atas pertanyaannya. Sebelum menjawab pertanyaan Saudara akan saya berikan uraian singkat mengenai asma.

Definisi asma yang saat ini umumnya disetujui oleh para ahli yaitu: asma adalah penyakit paru dengan karakteristik:

1) Obstruksi (sumbatan) saluran napas yang reversibel (dapat kembali seperti semula) baik secara spontan maupun dengan pengobatan, walaupun pada beberapa pasien kadang reversibel tak sempurna
2) Inflamasi (peradangan) saluran napas
3) Peningkatan respons saluran napas terhadap beberapa rangsangan

Obstruksi saluran napas ini memberikan gejala-gejala asma seperti batuk, mengi, dan sesak napas. Penyempitan saluran napas dapat terjadi secara bertahap, perlahan-lahan, dan bahkan menetap dengan pengobatan. Tetapi, dapat pula terjadi mendadak, sehingga menimbulkan kesulitan bernapas yang akut.

Angka kejadian asma dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain jenis kelamin, umur pasien, status atopi, faktor keturunan, serta faktor lingkungan. Pada masa kanak-kanak ditemukan angka kejadian anak laki berbanding anak perempuan 1,5 : 1, tetapi menjelang dewasa perbandingan tersebut lebih kurang sama, dan pada masa menopause perempuan lebih banyak dari laki-laki.

Faktor-faktor pencetus pada asma, antara lain:

1) Infeksi virus saluran napas, misalnya influenza
2) Pajanan terhadap alergen, misalnya tungau debu rumah, bulu binatang
3) Pajanan terhadap iritan, misalnya asap rokok, minyak wangi
4) Kegiatan jasmani, misalnya lari
5) Ekspresi emosinoal, seperti takut, marah, frustasi
6) Obat-obatan (aspirin, penyekat beta, antiinflamasi non-steroid)
7) Lingkungan kerja, misalnya uap zat kimia
8) Polusi udara, seperti asap rokok
9) Pengawet makanan
10) Lain-lain, misalnya haid, kehamilan, sinusitis

Yang membadakan asma dengan penyakit paru yang lain, yaitu pada asma serangan dapat hilang dengan atau tanpa obat, artinya serangan asma tanpa diobati ada yang hilang sendiri. Tetapi membiarkan pasien asma dalam serangan tanpa obat selain tidak etis, juga dapat membahayakan nyawa. Gejala asma juga sangat bervariasi dari satu individu ke individu lain, dan bahkan bervariasi pada individu sendiri.

Ada 6 komponen dalam pengobatan asma, yaitu:

1) Penyuluhan kepada pasien
Karena pengobatan asma memerlukan pengobatan jangka panjang, diperlukan kerja sama antara pasien, keluarganya, serta dokter. Hal ini dapat tercapai bila pasien dan keluarganya memahami penyakitnya, tujuan pengobatan, obat-obat yang dipakai, serta efek samping.

2) Penilaian derajat beratnya asma
Penilaian derajat beratnya asma baik melalui pengukuran gejala, pemeriksaan uji faal paru dan analisis gas darah sangat diperlukan untuk menilai hasil pengobatan. Banyak pasien asma yang tanpa gejala, ternyata pada pemeriksaan uji faal parunya menunjukkan adanya obstruksi saluran napas.

3) Pencegahan dan pengendalian faktor pencetus serangan
Diharapkan dengan mencegah dan mengendalikan faktor pencetus serangan asma makin berkurang atau derajat asma makin ringan.

4) Perencanaan obat-obat jangka panjang

5) Merencanakan pengobatan asma akut (serangan asma)

Dalam merencanakan obat-obat anti asma tanyakalanlah kepada dokter mengenai obat yang sesuai, dosis, dan efek samping yang dapat terjadi.

6) Berobat secara teratur
Untuk memperoleh tujuan pengobatan yang diinginkan, pasien asma pada umumnya memerlukan pengawasan yang teratur dari dokter. Kunjungan yang teratur ini diperlukan untuk menilai hasil pengobatan, cara pemakaian obat, dan cara menghindari faktor pencetus. Makin baik hasil pengobatan, kunjungan ini akan semakin jarang.

Kembali ke pertanyaan Saudara, korelasi antara kumatnya asma dengan dinginnya suhu lingkungan bergantung kepada setiap orang. Bagi beberapa orang dinginnya suhu lingkungan dapat menjadi faktor pencetus timbulnya serangan asma. Untuk itu cobalah konsultasikan dengan dokter, dan apabila diperlukan nantinya dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan misalnya uji kulit.

Mengenai aroma terapi tertentu bisa menjadi alternatif untuk mengurangi frekuensi atau intensitas kumatnya asma memang belum banyak diteliti. Kalau ternyata ia alergi terhadap aroma terapi tersebut, bukannya mengobati asmanya, namun sebaliknya asmanya dapat kambuh. Pada dasarnya, pasien pengidap asma harus menghindari faktor pencetus yang sangat bervariasi antar individu.

Demikian jawaban saya. Semoga jawaban yang saya berikan dapat menjawab pertanyaan Saudara. Jika kurang jelas atau masih ada pertanyaan lain dapat ditanyakan kembali.

Wassalamu’alaikum wr. wb.


(Dr. Ida Ratna)

0 comments:

Post a Comment